Senin, 08 Agustus 2011

Puisi dan Anak-anak Sejarah Zainal Arifin Thoha

Pengantar Antologi Puisi “Mazhab Kutub” terbitan PuJa (PUstaka puJAngga) 2010
Fahrudin Nasrulloh*
http://sastra-indonesia.com

Suatu hari, sekisar pertengahan tahun 2007, saya berjumpa dengan Gus Zainal Arifin Thoha di Pesantren Tebuireng, Jombang. Hari itu diadakan pertemuan alumni. Beberapa teman dan kiai yang saya kenal juga tampak hadir. Salah satunya adalah penyair dari Jeruk Macan, Mojokerto, Kiai Khamim Khohari. Pondok semakin ramai. Dari pintu gerbang terlihat orang-orang hilir-mudik. Kebetulan saja saya menyambangi perpustakaan Wahid Hasyim. Mas Tamrin, penjaga perpus, memberitahu saya bahwa di ruangan tingkat atas barat makam pondok dilangsungkan semacam diskusi di mana salah pembicaranya adalah Gus Zainal. Saya pun menghikmati diskusi itu.

RELIGIUITAS SANG PRIYAYI

Judul Buku: Serasi Denyutan Puri
Pengarang: Suryanto Sastroatmodjo
Penerbit: Pustaka Pujangga
Tebal Buku: 60 hlm; 13 x 20, 5 cm
Peresensi: Imamuddin SA
http://sastra-indonesia.com

Religiuitas dewasa ini haruslah dinomorsatukan. Seorang anak manusia hauruslah senantiasa kembali pada hakekata religius yang sebenarnya. Bukan religius asal-asalan. Dan bukan religius kelembagaan semata. Melainkan religius yang mencerminkan pengagungan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Pengagungan yang bukan sekadar kembang bualan. Namun berslimutkan dalam tangan perjalanan. Biar realitas kehidupan mengalami penurunan intensitas kecarut-marutannya.

Pencarian Kesejatian Adlawi

Mohammad Eri Irawan*
http://www.jawapos.com

Puisi, pada mulanya, adalah ikhtiar penyair menyampaikan ide (dan nubuat) lewat imaji-imaji yang ia representasikan dalam huruf-huruf di puisinya. Imaji itu ada berserakan di mana-mana lalu ditangkap oleh indra penyair. Tantangan utama sang penyair adalah mengolah imaji itu untuk dikonkretkan menjadi ide (dan nubuat) ke dalam puisi, terkadang lewat hal-hal yang simbolik.

Ketika Tuhan Berbisik Lembut

(salah satu pengantar antologi puisi tunggalnya Samsudin Adlawi, “Jaran Goyang”)
Daisuke Miyoshi
http://sastra-indonesia.com/

Sajak-sajak di dalam antologi ini bukan puisi gelap. Berlama-lama saya pandangi, saya pandangi, saya pendangi terus. Diam saya. Terkejut membaca diksi kepada bait. Dari balik diksi itu, satu per satu makna muncul. Seketika menyatu, membuat makna di dalamnya nyata.

Jalaluddin Rumi Lahir di Banyuwangi*

Anett Tapai
http://sastra-indonesia.com

Sajak-sajak (puisi) dalam antologi ini adalah sajak kehidupan. Seperti halnya sastra itu sendiri yang diciptakan oleh kehidupan, maka sastra adalah gambaran kehidupan. Di sini ada kehidupan orang kaya, ada pula kehidupan orang miskin, ada kehidupan orang yang suka mengumpulkan harta saja, ada juga kehidupan orang baik. Yang lebih menarik adalah ada kehidupan orang kota dengan segala gayanya, dan ada pula kehidupan manusia yang penuh dengan kekurangannya.

PIJAR KATA NUREL DI TENGAH ALUN ZAMAN

KRT. Suryanto Sastroatmodjo
http://pustakapujangga.com/?p=641

“Cinta sangat menentukan kelanjutan proses penyebab atau proses kehidupan subyek. Sebab ketika berada di titik koordinat, kita jelas mendapati karakter diri sebenarnya atau dengan titik seimbang, cermin diri sanggup merasakan getaran kesungguhan dari sang maha Penyebab Cahaya Ilahi: Apakah kita gemetar atau semakin asyik oleh kesejukan Cahaya. Sebelum sampai ke suatu akhir bernama akibat (mati, timbangan pahala)” dikutip dari buku Kajian Budaya Semi (buku pertama Trilogi Kesadaran), bagian Kajian Sebab atas Subyek, Nurel Javissyarqi. Di situ penulis muda, merupakan intan pemikiran dan mutiara-penggagas keadilan ruh dari Lamongan, bicara tentang pemaknaan hayati.

KEPADA YANG MELUPAKAN*

Pengantar Antologi Puisi Penyair Perempuan Asas “Sihir Terakhir” (diterbitkan PUstaka puJAngga 2009)
Nenden Lilis A.**
http://sastra-indonesia.com

Membuka lembar demi lembar antologi puisi yang ditulis para perempuan yang tergabung dalam komunitas ASAS dan menghikmatinya satu demi satu, saya seperti membuka lembar demi lembar album kenangan sekaligus sejarah perjalanan sastra perempuan kita. Dari tiap lembar album yang terbuka menganga itu seolah menjerit suara tentang perempuan, yang dalam sejarah atau segala hal lainnya selalu di “sunyi”-kan dan ditinggalkan waktu; dimarjinalkan dan didiskriminasi.

ALUSI; Asap, Waktu, dan Kupu-Kupu

Imamuddin SA
http://sastra-indonesia.com

Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang

Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi

Ungkapan Chairil Anwar itu terasa lantang disuarakan kembali dalam dewasa ini. Kata-kata itu seolah menjiwai setiap pribadi anak bangsa. Sungguh betapa dahsyat aura perjuangan yang tecermin di dalamnya.

MENIMBANG KEPENYAIRAN SUTARDJI CALZOUM BACHRI (SCB) DARI BUKU NUREL: MENGGUGAT TANGGUNGJAWAB KEPENYAIRAN *

Aguk Irawan MN**
http://sastra-indonesia.com

Penyair-penyair itu diikuti orang-orang yang sesat. Tidakkah kau lihat mereka menenggelamkan diri dalam sembarang lembah khayalan dan kata. Dan mereka sering mengujarkan apa yang tak mereka kerjakan. Kecuali mereka yang beriman, beramal baik, banyak mengingat dan menyebut Allah dan melakukan pembelaan ketika didzalimi. (QS As-Syu’ara, 224-227).

Waktu di Sayap Malaikat

Asarpin
http://www.lampungpost.com

Dari sekian banyak penyair yang menulis tentang waktu, hanya sedikit sajak yang sungguh-sungguh menghadirkan pergulatan tentang waktu.

KALAU Voltaire membayangkan waktu sebagai ukuran keabadian, sesuatu yang panjang, saya hendak menegaskan di sini: waktu dapat dijadikan bahan tes bagi autentisitas seseorang. Kalau dia penyair, keautentikan dirinya sebagai penyair akan terlihat ketika ia menggarap soal waktu. Autentik atau tidak puisi yang dihasilkannya, juga dapat dilihat dan dirasakan oleh pembaca ketika ia membicarakan soal waktu.

Mendedah ‘Warah’ Sejarah

Judul buku: Syekh Bajirum dan Rajah Anjing
Penulis : Fahrudin Nasrullah
Penerbit : Pustaka Pujangga
Cetakan : 1, Februari 2011
Tebal : 142 halaman
Peresensi : S.W. Teofani
http://www.lampungpost.com

PERSEMBAHAN KEABADIAN

Judul Buku : Sahibul Hikayat al Hayat
Pengarang : KRT. Suryanto Sastroatmodjo
Pengantar : Nurel Javissyarqi
Jenis Buku : Kumpulan Prosa
Penerbit : PUstaka puJAngga
Tebal Buku : xxiv + 144 hlm; 14 x 20 cm
Peresensi : Imamuddin SA
http://sastra-indonesia.com

KADO PENGHAMPIRAN SASTRA YANG “MEMBUMI”*

Suryanto Sastroatmodjo
http://pustakapujangga.com/?p=638

Lebih kurang 15 warsa silam, Pamusuk Erneste (dalam buku “pengadilan puisi” penerbit Gunung Agung Jakarta, 1986), menggambarkan bagaimana jauhnya bila jagad sastra (inklusif kepenyairan didominasi sejumlah nama, yang ingin bertahan sebagai idola, dan bukan sebagai creator), hingga publik sastra kecewa. Ia menyebut tentang Subagio Sastrowardoyo, Goenawan Mohamad dan WS. Rendra di tahun-tahun 70-an (setelah menikmati kemasyhuran hampir 25 tahun lebih, sementara kader-kadernya makin meredup masa itu), sehingga timbul sekelompok penyair muda yang merasa harus bertindak untuk mengembalikan dunia sastra di sudut penglihatan netral dan imbang, selaras dengan rising demans (tuntutan semakin meningkat).

Syarah Kitab Para Malaikat

Untuk Sebuah nama: Sonia Scientia Sacra
Robin Al Kautsar
http://sastra-indonesia.com

I
Penyair memberi judul sebuah puisinya (antologi puisi?) dengan memunggah kata Kitab. Salah satu kata yang memiliki bentangan makna yang cukup lebar. Kitab bernuansa sebagai kitab suci, kitab keagamaan, kitab wejangan / pedoman hidup yang harus disikapi takzim (walau belum pernah membacanya sekalipun) karena isinya menunjukkan kesucian dan kebesaran yang harus diperjuangkan dan kita tuju. Sementara di sisi lain ada sebuah kitab yang tidak kalah serius, seperti Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), namun sering dicibir orang dengan “Kasih Uang Habis Perkara.”

Sutardji Vs Nurel J

Tosa Poetra

Jangankan dalam kehidupan dalam dunia karya tulis, segala sesuatu memang syarat dengan kontroversi, setuju dan tidak setuju merupakan hal yang wajar dan biasa terjadi, pro dan kontra lazim terjadi yang mana apapun pendapat itu hendaknya dihargai agar dapat menjadi tambahan kekayaan ilmu pengetahuan dan wawasan agar dapat menjadi semakin baik, bukannya menjadi bahan perseteruan abadi.

SIHIR TERAKHIR; Antara Perjuangan, Perubahan, dan Kematian

Imamuddin SA
http://sastra-indonesia.com

Orang kerap menganggap dalam realitas kehidupan ini selalu terjadi pemarjinalan terhadap kaum perempuan. Itu akar pondasinya bertumpu pada suatu kisah sejarah akan keberadaan manusia yang disimbolkan dengan keberadaan Adam dan Hawa. Berdasarkan kisah tersebut, kebanyakan orang berasumsi akan keberadaan wanita yang selalu berada dibawah bayang-bayang laki-laki. Ia sebagai kaum lemah yang berfungsi sebagai pelengkap hidup bagi kaum laki-laki.

MEMBACA NUREL JAVISSYARQI

Muhammad Rain
http://sastra-indonesia.com

Membicarakan kesusastraan sepertinya semua penulis puisi akan suka dan tertarik, nyaris tanpa embel-embel ngarep. Ngarep nama-namanya disebut dalam kupasan selentingan bidang sastra itu. Termasuk pula sahabat baruku Si Nurel ini, saya pikir beliau tak ada sedikitpun niat ngarep disebut-sebut namanya dari mulut kata Muhrain. "Si" yang saya maksud sebab saya merasa sok akrab saja, begitu.

Surat balasan untuk Dimas Arika Mihardja

Nurel Javissyarqi

Sebelum balasan surat ini merambat jauh, maafkan “saudaraku” Dimas Arika Mihardja (DAM) jikalau alunanya terlalu subyektif nantinya, tersebab dalam hal ini aku mengandalkan daya ingat serta semacam men-gayal masa lalu (mengingat yang terlewat), bukan ber-hayal yang bermakna lencungan ke masa depan atau angan-angan.

MANTRA KAMASASTRA [SURAT SASTRA BUAT NUREL JAVISSYARQI]

Dimas Arika Mihardja

Sahabatku yang hebat,
Hari ini, Rabu 12 Mei 2011, tepat pukul 10.45 telah kuterima sepucuk surat-esai yang terbagi dalam VII bagian, lengkap dengan “Mulanya”, “Akhirnya”, dan “Lampiran” dua esai Sutardji Calzoum Bahcri. Telah tandas dan tuntas kubaca sepucuk surat darimu, pengelana dari bencah tanah Jawa ( Lamongan) yang sekian lama tergoda oleh retorika bangsa Melayu yang santun dan pintar membuat orang lain senang.

SURAT KEPADA GERILYAWAN*

Herry Lamongan
http://forum-sastra-lamongan.blogspot.com

Satu hal kau benar: besar nyali. Dengan besar nyali itu rasa percaya diri berbiak. Proses kreatif dibangun. Alhasil, puluhan buah karyamu kau bukukan. Kau seleksi kau edit, selanjutnya kau terbitkan dan pasarkan sendiri. Bila Chairil Anwar memilih sesanti sekali berarti sudah itu mati. Kau tidak. Kau seakan berkejaran dengan usia, berkarya demikian banyak, apa pun: puisi, esei, atau sekadar ujaran, kemudian kau lepas ke ruang publik berkitab-kitab, sejak “Takdir Terlalu Dini” hingga yang sekarang ini “Kitab Para Malaikat”.

LORONG GELAP YANG MENGASYIKKAN

Maman S. Mahayana
http://mahayana-mahadewa.com
http://pustakapujangga.com/2009/10/revision-edition-kitab-para-malaikat-book-of-the-angels/

Hamparan semangat menggelegak. Manakala ia tak dapat ditahan dan pecah, seketika itu pula ekspresinya muncrat berhamburan, bercipratan, menerabas apa pun. Lalu hinggap di berbagai tempat yang dijawilnya sesuka hati. Mungkin sama sekali ia tak bermaksud melakukan tegur-sapa, say hello, atau bahkan juga gugatan.

MEMBACA DUNIA NUREL *

Marhalim Zaini **
http://sastra-indonesia.com

“Ada logika-logika aneh dan asing, ada sentakan pemberontakan yang ajaib, ada teriakan-teriakan keras dan dalam, ada hasrat untuk membangun dunia sendiri. Ada lompatan-lompatan makna dalam bahasa yang berguling-guling, ada jerit dari jerih kata yang diperas berulang-ulang, ada laut yang saling berbalik arah debur ombaknya.”

Persoalan Seni Fiksi dan Seni Fakta

Hudan Hidayat
Republika 10 Feb 2008

Mengkritisi tradisi sastra Indonesia terkini yang ditandai kecenderungan menguatnya politik sastra, penyair Ahmadun meminta kita berdialog kembali kepada teks. Sehingga, yang akan terjadi bukanlah “inilah saya”, tapi ”inilah karya saya.”

MEMBACA JARAN GOYANG, HATI PUN BERGOYANG;

Catatan Kecil Sajak Samsudin Adlawi
Imamuddin SA
http://sastra-indonesia.com

Waktu itu, kira-kira sehabis Isya’, saya menguhubungi kawan saya. Saya bermaksud mau ngobrol-ngobrol denganya. Seketika itu saya lansung mengambil motor dan memacunya ke rumah kawanku tadi. Bukan sekedar kawan, tapi lebih dari itu. Entah apalah, yang jelas dia istimewa bagi saya. Namanya Nurel Javissyarqi.

Hakikat Bahasa, Mantra, dan Tanggung Jawab

(Tanggapan atas buku Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri)
Mahmud Jauhari Ali
http://sastra-indonesia.com

Apakah yang terbayang di benak Anda ketika membaca judul saya di atas? Wujud bahasakah? Dukun yang sedang membaca mantra? Seorang lelaki yang sedang menunaikan tanggung jawabnya? Atau apa?

Nurel Javissyarqi Gugat!

Wawan Eko Yulianto
http://sastra-indonesia.com

Seperlu apakah kita menggugat Sutardji Calzoum Bachri? Sangat, bagi Nurel Javissyarqi. Kenapa? Sepertinya cukup banyak alasan untuk melakukannya. Apa saja yang perlu digugat? Saya akan coba mendaftar beberapa saja yang berhasil saya tangkap dari buku Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri.

Membaca Nurel, Membaca Sutardji *

Fanani Rahman
http://sastra-indonesia.com

“ akulah Jala Suta, memberontak
adalah siasatku menghormati nenek moyang.”

Kutipan di atas adalah penggalan dari larik terakhir puisi panjang Nurel Javissyarqi, Balada Jala Suta, yang ditulisnya lebih 10 tahun lampau, dalam kembara kreatifnya di Yogyakarta. Dari larik puisi itu pula saya mencoba silaturahmi “mengenal” proses kreatifnya, sebab akan terkesan sok akrab kalau saya mengistilahkan “menyelami” atau “mengupas” atau istilah lain — yang malah kurang nyaman.

Meruntuhkan Mitos Sutardji

(sebuah catatan dari bincang buku “Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan SCB”)
Noval Jubbek*
http://sastra-indonesia.com

Ketika beranjak remaja masa-masa SMA saya mulai tertarik menulis, lebih tepatnya merangkai kata-kata untuk sekedar memuji sosok perempuan yang saya suka. Dan serius mencari-cari tulisan indah (puisi) melalui buku-buku pelajaran. Ada beberapa nama yang puisinya sudah berakar (tak saya sadari nyata terdapat di buku tingkatan SD, SMP) salah satunya Sutardji Calzoum Bachri (SCB), yang terus terang rata-rata puisinya tak saya pahami maknanya. Ketika itu pula saya berpikir, apa mungkin puisi yang aneh bisa masuk ke dalam buku pelajaran anak sekolah?

Pengantar dalam Menjelajahi Kitab Para Malaikat

Hasnan Bachtiar
http://www.sastra-indonesia.com

Pengantar dalam menjelajahi Kitab Para Malaikat sebagai suatu karya sastra pada umumnya, adalah hendak mengurai apakah suatu teks berpotensi sebagai kebenaran, kendati bukan merupakan teks keagamaan?

Nyanyian Persembahan Malaikat Ruhaniyyun

Judul : Kitab Para Malaikat
Penulis : Nurel javissyarqi
Penerbit : PUstaka puJAngga Lamongan
Cetakan : I, Desember 2007
Tebal : ix + 130 halaman
Peresensi : Liza Wahyuninto*)
http://www.sastra-indonesia.com

BAWEAN SENANDUNG DI ATAS AWAN

Judul Buku : Buwun
Pengarang : Mardi Luhung
Jenis Buku : Kumpulan Puisi
Epilog : Beni Setia
Penerbit : PUstaka puJAngga, Februari 2010
Tebal Buku : 66 hlm. 12 x 19 cm
Peresensi : Imamuddin SA
http://sastra-indonesia.com

Senin, 01 Agustus 2011

Gerak Kepribadian Diri dalam Kumala Pusaka Kasih

Denny Mizhar
http://sastra-indonesia.com

Pergerakan sastra di Lamongan cukuplah dinamis. Hal tersebut dapat kita lihat pada agenda-agenda sastra di Lamongan, walaupun menurut pengamatan saya masih belum masif. Tidak hanya agenda sastra, tetapi penerbitan buku menjadi media pembacaan atas dinamisnya sastra di Lamongan. Ada penerbit Pustaka Pujangga, Pustaka Ilalang, LA Rose. Baru-baru saja penerbit Pustaka Pujangga, Penerbit yang digawangi oleh penyair Nurel Javissyarqi menerbitkan buku-buku baru. Kebanyakan buku yang diterbitkan adalah buku sastra. Salah satunya adalah Novel Kumala Pusaka Kasih Karya A. Rodhi Murtadho, penulis yang karyanya sudah banyak terjilid dalam buku-buku kumpulan sastra.

Pemantik Kesadaran Revolusioner

Judul Buku : Trilogi Kesadaran (Kajian Budaya Semi, Anatomi Kesadaran & Ras Pemberontak).
Penulis : Nurel Javissyarqi
Penerbit : PUstaka puJAngga
Cetakan : I, Oktober 2006
Tebal : xxx + 490 hlm
Peresensi : A. Qorib Hidayatullah
http://indonimut.blogspot.com

Mengenal Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri

Judul: Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Penulis: Nurel Javissyarqi
Penerbit: Pustaka Pujangga
Terbit: Mei 2011
Tebal: 100 halaman
Harga: Rp. 19.000,-
Peresensi: Heri Listianto

Mengorek Mistisme Jawa

Beni Setia
http://www.suarakarya-online.com

AFRIZAL MALNA, via “Sebuah Novel dalam 11 Cerpen dan Politik Imajinasi Jawa dari “dia-yang-bercerita”-Kata Pengantar di dalam kumpulan cerpen Fahrudin Nasrulloh, Syekh Bejirun dan Rajah Anjing (Pustaka Pujangga, Lamongan, 2011)-, menggarisbawahi tiga entitas pendukung cerita: obyek yang diceritakan, subyek sang pencerita, dan penerima cerita. Sedang Fahrudin Nasrulloh (FN), sebagai sang subyek pencerita, menulis pengantar yang menggarisbawahi peranan penting dari bahan yang mendorongnya bercerita, dengan merunut asal-usul dari semua bahan cerita yang kini berujudkan 11 cerpen. Lantas bagaimana nasib pembaca cerita yang meresepsinya?

Jumat, 03 Juni 2011

BERKACA MENULIS DARI NUREL

Sutejo
http://sastra-indonesia.com

Nama Nurel Javissyarqi memang belum seagung penulis Indonesia lainnya. Tetapi misteri perjalanan kepenulisan adalah etos nabi yang alir penuh jiwa berkorban, total, dan –nyaris—tanpa pamrih balas. Sebuah pemberontakkan pemikiran sering dilemparkan. Tradisi dibalikkan. Pilihan dilakukan, termasuk untuk memberikan pelajaran kepada orang tuanya. Penting dicatat, karena orang tuanya adalah guru konvensional yang terus alirkan kerapian, ketaatan, dan keberaturan lain. Hal ini dilakukan juga untuk mengatur Nurel dalam menentukan perguruan tinggi di mana jendela masa depan harapannya dapat diwujudkan. Tetapi jiwa berontak Nurel memilih untuk tidak selesaikan skripsi di jurusan ekonomi.

Gerilya Penulis Pemberontak

Fahrudin Nasrulloh
Pontianak Post dan jawapos.com

SETIAP penulis berdiri genting di kecamuk proses kreatifnya. Karena ia menyadari telah terlempar ke dunia, dirayapi gamang, terhirup waktu, diterbangkan iman. Telanjur sudah ia berlaga di padang kurusetra yang tak habis-habis itu. Sementara manusia lain, yang gentar nerjang nan alpa atas segala, cuma jadi ternak-ternak Tuhan belaka.

Menikmati Sastra Lamongan

Rabu, 13 April 2011

PIKIRAN SALAH YANG DIPERTAHANKAN

Judul Buku : Delusi
Pengarang : Supaat I. Lathief
Jenis Buku : Novel
Prolog : Maman S Mahayana
Epilog : Herry Lamongan
Penerbit : PUstaka puJAngga, Lamongan, Januari 2010
Tebal Buku : 224 hlm; 12 x 19 cm
Peresensi : Imamuddin SA
http://sastra-indonesia.com

Pengantar Cerpenis Syekh Bejirum dan Rajah Anjing

Fahrudin Nasrulloh
http://sastra-indonesia.com

Menulis pengantar cerpen? Saya rasa ini lebih berat dibanding membikin cerpen atau tulisan lainnya. Seperti saya dipaksa menapaktilasi detik perdetik dalam ruang dan waktu di setiap cerpen. Menguruti jejak sungguh sesuatu yang rumit dan melelahkan.
A. Aziz Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A. Rodhi Murtadho Aguk Irawan MN Agus B. Harianto Akhmad Sekhu Anakku Inspirasiku Anett Tapai Antologi Puisi Kalijaring Arti Bumi Intaran Asarpin Asrama Mahasiswa Aceh Sabena Awalludin GD Mualif Beni Setia Berita Utama Binhad Nurrohmat Brunel University London Buku Kritik Sastra Catatan Cover Antologi Puisi Bersama Cover Antologi Puisi Buwun Cover Antologi Puisi Empat Kota Cover Antologi Puisi Kitab Para Malaikat Cover Antologi Puisi Ngaceng Cover Antologi Puisi Penyair Perempuan Asas Sihir Terakhir Cover Antologi Puisi Tunggal ALUSI Cover Antologi Puisi Wanita Yang Kencing Di Semak Cover Antologi Sastra Lamongan Cover Balada-balada Serasi Denyutan Puri Cover Balada-balada Takdir Terlalu Dini Cover Jaran Goyang Cover Jurnal Kebudayaan The Sandour Cover Kumpulan Cerpen Amuk Tun Teja Cover Kumpulan Esai Nabi Tanpa Wahyu Cover Kumpulan Esai Trilogi Kesadaran Cover Novel Delusi Cover Novel Kantring Genjer-genjer Cover Novel KUMALA Cover Sahibul Hikayat al Hayat Daisuke Miyoshi Dari Lisan ke Lisan Denny Mizhar Di Balik Semak Pitutur Jawa Dimas Arika Mihardja Edisi III Eka Budianta Enda Menzies Esai Esai-esai Pelopor Pemberontakan Sejarah Kesusastraan Indonesia Fahrudin Nasrulloh Fanani Rahman Gemuruh Ruh Gerakan Surah Buku (GSB) Hasnan Bachtiar Herbarium Heri Listianto Herry Lamongan Hudan Hidayat Ibnu Wahyudi Imam Nawawi Imamuddin SA Iskandar Noe Jawa Pos Jual Buku Jurnalnet.com Kembang Sepatu Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Laksmi Shitaresmi Lampung Post Leo Tolstoy Lintang Sastra Yogyakarta Liza Wahyuninto Logo M. Yoesoef Mahmud Jauhari Ali Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Mashuri Mazhab Kutub Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri MG. Sungatno Mohammad Eri Irawan Muhammad Muhibbuddin Muhammad Rain Murnierida Pram Nenden Lilis A Noval Jubbek Nurdin F. Joes Nurel Javissyarqi Obral Buku Lamongan Obrolan PDS. H.B. Jassin Penerbit PUstaka puJAngga Pontianak Post Pringadi AS Psikologi Fenomenologi Eksistensialisme Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin Pustaka Ilalang Pustaka Ilalang Group PUstaka puJAngga Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Republika Resensi Robin Al Kautsar S.W. Teofani Samsudin Adlawi Samsul Anam Sanggar Lukis Alam Sanggar Teater Jerit Sastra Eksistensialisme-Mistisisme Religius Sastra Perkelaminan SastraNesia Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Sihar Ramses Simatupang Simo Sungelebak Karanggeneng Lamongan Siwi Dwi Saputro Sofyan RH. Zaid Suara Karya Sungatno Sunu Wasono Supaat I. Lathief Suryanto Sastroatmodjo Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Syeh Bejirum dan Rajah Anjing Tarmuzie Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Tosa Poetra Tu-ngang Iskandar Universitas Indonesia Veronika Ninik Wawan Eko Yulianto Welly Kuswanto Yuditeha Yuningtyas Endarwati Zainal Arifin Thoha